PAKAR BENCANA UPN VETERAN YOGYAKARTA, BEBERKAN KEWASPADAAN BENCANA DI INDONESIA

  • Rabu 20 Januari 2021 , 10:51
  • Oleh : Ritta Humas
  • 2849
  • 3 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

Sleman- Memasuki awal tahun 2021, Indonesia tengah menghadapi bencana alam seperti tanah longsor, banjir, maupun gempa bumi. Fenomena global seperti siklus angin La Nina dan curah hujan yang tinggi, turut melatar belakangi terjadinya bencana alam di sejumlah titik di nusantara. Mitigasi bencana tidak saja dilakukan oleh institusi seperti BNPB saja, melainkan semua pihak perlu mengedukasi diri mengenai mitigasi bencana untuk mengurangi risiko dan mempersiapkan diri dalam menghadapi suatu bencana. Pada tanggal 18 Januari 2021 jam 20.00 WIB, CNN Indonesia mewadahi diskusi dalam acara Newscast dengan tajuk “Indonesia Waspada Potensi Multi Bencana”. Acara yang disiarkan di saluran TV CNN Indonesia dan secara livestream melalui kanal www.cnnindonesia.com ini turut menghadirkan narasumber Eko Teguh Paripurno (Pakar Kebencanaan UPN “Veteran” Yogyakarta), Abdul Muhari (PLT Direktur Pemetaan dan Risiko Bencana BNPB), dan Dwikorita Karnawati (Kepala BMKG) yang dimoderatori oleh Eva Yunizar.

Dr. Eko Teguh Paripurno selaku pembicara menyampaikan  fenomena bencana alam yang terjadi belakangan ini bukan menjadi tanggung jawab pemerintah maupun institusi-institusi seperti BNPB semata. Masyarakat, dalam hal ini, harus turut ambil andil dalam mitigasi bencana dengan mengedukasi diri terlebih dahulu agar kemudian siap menghadapi bencana alam di kemudian hari. Risiko selalu ada, sebab itu kita harus menganalisis risiko karena kita berorientasi pada pembangunan (ekstraksi). Kalau terjadi kejadian bencana, bisa dipastikan karena manajemen pembangunan yang buruk. Sebagai contoh, bencana banjir terjadi karena saat akan mendirikan sebuah bangunan, tidak dilakukan manajemen pembangunan dan analisis risiko yang baik. Terlebih, saat mendirikan bangunan malah berlokasi di DAS (Daerah Aliran Sungai), yang menjadi penyumbang kontribusi terjadinya bencana banjir. Apa yang dilakukan BNPB sudah maksimal, tetapi tidak akan maksimal jika tanpa mitigasi yang benar dari seluruh warga.

“Bencana tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah maupun BNPB semata. Masyarakat pun wajib mengedukasi diri mengenai mitigasi bencana. Mari kita lakukan proses mitigasi bencana ini guna mengurangi risiko ke depan”, pungkas Eko Teguh Paripurno menutup diskusi pada CNN Indonesia Newscast.

Dwikorita Karnawati sebagai pembicara menginformasikan mengenai bencana gempa yang terjadi di Sulawesi Barat. Gempa susulan telah terjadi di Mamuju. Ia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan menjauhi bangunan yang sudah rusak serta pantai untuk menghindari potensi terjadinya tsunami. BMKG untuk saat ini terus memonitor dan meng-update informasi kondisi korban dengan membuat Grup Whatsapp untuk menangkal berita hoax. Masyarakat pun perlu meningkatkan tingkat kewaspadaannya terhadap bencana dengan cara terus memantau prakiraan cuaca dan peringatan dini terhadap bencana melalui aplikasi “Info BMKG”. Namun, peringatan dini belum tersedia untuk bencana gempa bumi. Bencana tsunami pun baru bisa teridentifikasi 5 menit setelah terjadinya gempa bumi yang berpotensi tsunami. Sehingga, masyarakat diminta untuk waspada jika berada di suaru daerah dengan cuaca yang ekstrim, daerah dengan potensi tanah longsor, dan potensi semakin tinggi jika berada pada lahan yang sudah dialih fungsikan.

“ Kondisi akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021 dipengaruhi oleh fenomena global, seperti siklus angin La Nina dan curah hujan yang tinggi. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa ada faktor-faktor lain sebagai  penyumbang ekskalasi bencana. Seperti di Kalimantan Selatan yang mungkin terdapat alih fungsi lahan yang meningkatkan angka ekskalasi bencana itu sendiri. Menyambung seperti yang telah dikemukakan Pak Eko Teguh Paripurno, seluruh pihak harus serta berkontribusi dalam mitigasi bencana. Warga dapat mengakses informasi potensi bencana dan tingkat risikonya melalui aplikasi BNPB. Bencana bukan keseharian kita, padahal kita hidup dan tinggal di ring of fire (wilayah dengan gunung berapi teraktif terbanyak di dunia). Sebagai masyarakat yang peduli, kita garus tetap mengupayakan kesiap siagaan terhadap bencana dan dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. BNPB sendiri telah melakukan edukasi dan sosialisasi untuk tindakan preventif bencana. Sehingga BNPB bukan saja sebagai garda terdepan dalam kebencanaan, tetapi juga untuk membagikan informasi tingkat risiko kepada masyarakat,’’ terang Dwikorita Karnawati. Humas / Vera Indratiami