Teliti Pengolahan Limbah Emas, Dosen UPN Veteran Yogyakarta Raih Gelar Doktor di UNS
YOGYAKARTA - Dosen Prodi Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNV YK) Eni Muryani, S.Si.,M.Sc meraih gelar Doktor di Universitas Sebelas Maret (UNS). Penelitian berjudul 'Pemodelan Teknologi Fitoremediasi Limbah Pengolahan Emas Skala Kecil dengan Netralisasi Asam dan Bioremoval Logam Berat Mercury (Hg)' mengantarkannya mendapat gelar Doktor Program Studi Ilmu Lingkungan Minat Studi Manajemen Sumber Daya.
Lokasi penelitian disertasinya berada di Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Jateng). Dimana PESK di sini sudah ada sejak 2014. Kegiatan pertambangan di sini menghasilkan logam berat merkuri (Hg) yang belum dikelola, dan ditemukan indikasi pencemaran Hg pada lingkungan sekitarnya.
Menurutnya di sekitar lokasi PESK banyak potensi tanaman herba yang bisa dimanfaatkan untuk menekan pencemaran lingkungan dengan teknologi fitoremediasi. Fitoremediasi adalah suatu teknologi pemanfaatan tumbuhan atau bagian-bagiannya untuk menghilangkan, mengubah, atau mendetoksifikasi kontaminan dari air, sedimen, tanah, dan atmosfer.
Potensi ini menjadi faktor pendorong dari penelitian disertasi yang berfokus pada fitoremediasi limbah pengolahan emas. Sehingga tanaman herba di sekitar lokasi PESK bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah lingkungan.
"Melalui penelitian ini jenis-jenis tumbuhan herba di area PESK Desa Pancurendang akan diinventarisasi. Kemudian dianalisis konsentrasi Hg pada tumbuhan dan tanaman di lokasi penelitian," ucapnya, Selasa (15/8/2023).
Selain itu, melalui penelitian ini juga akan dilihat perbandingan efektivitas hasil netralisasi asam limbah cair menggunakan pelepah (batang) pisang dan sabut kelapa. Lalu dilakukan uji netralisasi asam limbah cair dan fitoremediasi beberapa tumbuhan herba terpilih sebagai tumbuhan hiperakumulator dan agen fitomining Hg limbah pengolahan emas dalam skala laboratorium.
"Kemudian dirumuskan model dari limbah pengolahan emas dengan netralisasi asam dan bioremoval Hg. Dan dilakukan efisiensi serta efektivitas dari fitoremediasi," jelasnya.
Ada lima jenis tanaman hiperakumulator logam berat Hg yang digunakan dalam penelitian, di antaranya singoniun, genjer, ludwigia, miana, alang-alang. Penelitian awal tentang pencemaran dimulai pada pertengahan 2019. Dilanjutkan dengan penelitian konsentrasi merkuri di lingkungan [tanah, sumur, sungai, sedimen sungai, biota sungai] pada pertengahan 2020.
Mulai tahun 2021, setelah tujuan disertasi telah terarah, mulai dilakukan inventarisasi tumbuhan herba. Lalu Februari 2021, dilanjutkan dengan percobaan fitoremediasi mulai bulan Juni 2021 hingga awal tahun 2022.
"Kendala yang dihadapi tentunya karena saat itu masih masa pandemi, berbagai prosedural selama pandemi harus diikuti. Harus bersabar dalam menunggu dibukanya atau antrinya analisis Hg di laboratorium. Kekhawatiran akan kematian tanaman uji coba terjadi saat uji coba limbah cair dengan genjer, genjer mati lebih cepat dari rencana awal 20 hari, menjadi 8 hari."
Melalui penelitian ini ia mencoba mencari solusi alternatif pengolahan limbah bermerkuri dengan memberdayakan sumber daya lokal yang melimpah. Teknik fitoremediasi mengalami perkembangan pesat karena terbukti lebih murah dan aman dibandingkan metode lainnya.
"Penelitian ini menjadi salah satu langkah dalam mencegah dan meminimalisir terjadinya pencemaran lingkungan. Teknologi yang digunakan juga harus sederhana sehingga lebih mudah diaplikasikan," paparnya.
Eni memparkan penelitian semacam ini masih sangat dibutuhkan, sebab informasi mengenai tumbuhan herba yang mampu menyerap Hg dalam jumlah besar dan dapat menetralisasi asam belum banyak diketahui. Penelitian yang mudah diaplikasikan diharapkan bisa bermanfaat dan dikembangkan dalam skala besar. Sehingga lingkungan di sekitar pengolahan emas tetap terjaga.
Penelitian semacam ini tidak cukup sampai di sini saja, namun perlu dikembangkan lagi kedepannya. Guna mengetahui variabel lain yang bisa mempengaruhi. Opsi spesies lain juga perlu digali lagi, serta pengaplikasiannya sehingga tanaman herba yang digunakan tetap bisa hidup lebih lama.
"Banyak sekali penelitian lanjutan yang ingin dilakukan setelah ini [Postdoc], mulai dari peningkatan efektivitas batang pisang untuk netralisasi air asam tambang, penyelidikan konsentrasi emas, perak, dan logam lainnya dalam 5 jenis tanaman yang telah ditemukan tersebut, dan selanjutnya. Hingga aplikasi lapangan untuk fitomining dan sirkular ekonomi di area penambangan emas rakyat."
Lebih lanjut dia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga disertasinya bisa selesai. "Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan atas penelitian yang saya lakukan ini. Semoga bisa bermanfaat dan bisa dikembangkan lagi kedepannya demi menjaga lingkungan di sekitar tambang emas khususnya," lanjutnya. (*)