Pelemahan Rupiah Terus Berlanjut

  • Sabtu 28 April 2018 , 12:00
  • Oleh : Ritta Humas
  • 1006
  • 2 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

YOGYA, KRJOGJA.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah dan nilainya nyaris menembus angka Rp 14.000. Perlu adanya diversifikasi pembayaran ekspor dan impor dengan cara melakukan perjanjian bilateral guna mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan mengurangi tekanan terhadap rupiah.

Ekonom UPN Veteran Yogyakarta Ardhito Bhinadi mengatakan, pelemahan rupiah tersebut tidak sendirian, namun dialami negara-negara lain yang sedang berkembang. Pelemahan mata uang regional tidak terlepas dari kebijakan Bank Sentral AS The Fed yang menaikkan suku bunga dan kebijakan tax ammesty atau amnesti pajak.

”Dolar AS yang selama ini diinvestasikan di negara-negara berkembang, mengalir kembali ke negaranya karena ekspektasi membaiknya perekonomian AS. Akibatnya mata uang regional melemah, termasuk rupiah,” ujar Ardhito.

Ketua Pusat Studi Ekonomi Keuangan dan Industri Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UPN Veteran Yogyakarta ini mengatakan, untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah, perlu diversifikasi pembayaran ekspor dan impor dengan cara melakukan perjanjian bilateral penggunaan uang masing-masing untuk pembayaran transaksi ekspor dan impor. Tujuannya adalah mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Sementara di Jakarta, Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengakui, semua mata uang dunia termasuk rupiah, pada hari Senin kemarin kembali melemah secara meluas (broadbased) terhadap mata uang dolar AS. Hal ini dikarenakan dolar AS menguat tajam sejak Jumat lalu dipicu oleh meningkatnya yield US treasury bills mendekati level psikologis 3 persen dan munculnya kembali ekspektasi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebanyak lebih dari 3 kali selama 2018.

Kenaikan yield dan suku bunga di AS itu sendiri, menurut Agus, dipicu oleh meningkatnya optimisme investor terhadap prospek ekonomi AS seiring berbagai data ekonomi AS yang terus membaik dan tensi perang dagang antara AS dan China yang berlangsung selama tahun 2018 ini. (Ira/Lmg