UPN Bentuk Menwa Cyber Untuk Menangkal Ancaman
SLEMAN – Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta membentuk Resimen Mahasiswa (Menwa) Cyber yang berasal dari perwakilan berbagai fakultas di kampus tersebut.
Pembentukan Menwa Cyber yang didukung Kementerian Pertahanan itu diharapkan menjadi kekuatan sipil untuk membantu mewujudkan sistem pertahanan dan keamanan di dunia maya. Adapun deklarasi pembentukan Menwa Cyber itu dilakukan bersamaan dengan seminar pada Sabtu (25/11).
Rektor UPN Veteran Jogya Prof.Sari Bahagiarti menjelaskan, sebagai kampus bela Negara UPN merasa perlu membentuk Menwa Cyber dalam rangka membantu menjadi benteng pertahanan NKRI di dunia maya. Menwa Cyber itu diharapkan menjadi salah satu kekuatan sipil untuk mempertahankan Negara sebagai perwujudan sistem pertahanan dan keamanan.
“Menwa Cyber ini dibentuk untuk menangkal dan mengawal NKRI dari serangan cyber, terutama konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai, ideology serta budaya bangsa Indonesia,” terangnya kepada Harian Jogja, Selasa (28/11).
Guru Besar Geologi ini menambahkan embrio Menwa Cyber yang ke depan akan terus dikembangkan. Menwa Cyber ini dapat menajdi wadah pengembangan potensi mahasiswa dalam bidang keamanan digital.
Ke depan mereka akan dibekali kemampuan di bidang teknologi informasi agar dapat berkontribusi memperkokoh keamanan di bidang cyber dengan semangat kesadaran bela Negara.
“Paling tidak khususnya (pertahanan cyber) di lingkungan dan kehidupan kampus lebih dahulu,” ujarnya.
Sari menjelaskan mahasiswa yang direkrut menjadi Menwa Cyber merupakan mahasiswa yang memiliki minat dan kemampuan di bidang penggunaan teknologi informasi. Pada tahap awal mereka diberikan sejumlah materi, antaralain workshop IOS and android forensic dan workshop security assessment. Karena masih embrio jumlahnya masih terbatas dan akan terus dikembangkan.
“Mereka adalah para mahasiswa yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi,” ujar dia.
Ia menambahkan, pembentukan Menwa Cyber itu tidak lepas dari banyaknya permasalahan di dunia maya. Mulai dari penyalahgunaan pesan singkat, penipuan, plagiarism, ancaman, pembajakan akun hingga ke sektor perbankan dan perdagangan. Pada sector pertahanan, ancaman dapat berupa pemanfaatan cyberspace untuk kegiatan radikalisme, terorisme hingga kativitas cuci otak yang dapat mengacam NKRI.
Guna mengantisipasi perang jenis itu, maka di era informasi saat ini dikenal dengan istilah perang modern sehingga diperlukan kolaborasi dari berbagai instansi tak terkecuali perguruan tinggi.
Adapun pembentukan Menwa Cyber itu bersamaan dengan seminar bertajuk Menjaga Keamanan dan Menghadapi Cyber Warfare untuk meperkokoh Kedaulatan NKRI. Ketua Panitia Seminar Frans Richard Kodong menjelaskan, seminar itu didukung untuk mendorong generasi muda berkontribusi secara positif dalam hal keamanan cyber.
Keamanan cyber ini merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan keterlibatan multistakeholder mulai dari pemerintah, industry, praktisi hingga akademisi dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam suatu perang semesta di dunia syber merupakan hal yang mutlak dan tidak terhindarkan.
“Dalam hal hacker atau peretas kadang salah mempersepsikan mereka sebagai kegiatan negative padahal ada yang mengistilahkan white hat hacker atau hacker yang baik. Satu yang perlu diingat, hacker yang patriot akan menjaga nama baik bangsa dan akan siap membela Negara saat dibutuhkan,” kata dia. (Sunartono-HARJO)