Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta Harus Menguasai Jiwa Bela Negara

  • Minggu 14 November 2021 , 05:10
  • Oleh : Dewi
  • 4678
  • 2 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

Sleman_Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UPN Veteran Yogyakarta (UPNVY),  Dr. Ir. Singgih Saptono, M.T mengungkapkan, mahasiswa UPNVY harus menguasai jiwa bela negara. Hal ini penting agar generasi muda memiliki semangat cinta tanah air dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Karenanya untuk menjadi mahasiswa UPNVY, mahasiswa harus mempelajari sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebab mulai 2022 mendatang, UPNVY mensyaratkan tes wawancara kebangsaan dan bela negara bagi mahasiswa baru.

"Kita akan melakukan tes wawancara untuk masuk UPN tentang kebangsaan. Jadi kamu bisa saja masuk UPN, [tapi] belajarlah sejarah, Belajarlah Pancasila, Belajarlah NKRI." ujar Singgih dalam pertemuan bersama civitas akademika, Jumat (12/11/2021).

Selain tes wawancara kebangsaan dan bela negara, UPNVY juga akan melakukan pengayaan mata kuliah bela negara. Di setiap mata kuliah, UPNVY menerapkan materi tentang bela negara, termasuk mata kuliah peminatan hingga pengenalan militer.

UPNVY juga memberikan mata kuliah Pancasila, Kewarganegaraan dan Agama. Pancasila pun menjiwai seluruh mata kuliah melalui kegiatan perkuliahan yang disampaikan para dosen.

Penanaman wawasan kebangsaan, cinta tanah air, budaya dan pluralisme tersebut akan membuat mahasiswa memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan masalah kompleks, keragaman dan perubahan. Diantaranya melalui KKN Kebangsaan, KKNTematik, Diklat Bela Negara, UKM, Peksiminas (Seni), Pomnas(Olahraga), Pimnas(Penalaran Ilmiah) dan partisipasi mereka dalam kegiatan internasional.

Kebijakan tersebut diterapkan untuk meningkatkan semangat bela negara pada para mahasiswa. Hal ini sesuai dengan konsep pembelajaran di UPNVY yang berkarakter bela negara.

Apalagi seiring perkembangan jaman, maka saat ini muncul tantangan peradapan. Berdasarkan IDHN Researach pada 2019 lalu, 19,5% (1 dari 5) milenial menghendaki Indonesia dengan sistem khilafah. Milenial senior dan milenial wanita memiliki potensi lebih besar bagi terpaparnya radiakalisme.

Sedangkan sekitar 81,5% milenial menginginkan Indonesia dalam bentuk NKRI.

"Jadi kami wawancara yaitu bukan tes seperti matematika, tetapi tesnya itu terhadap wawasan kebangsaan. Jadi ini mohon dipahami oleh teman-teman mahasiswa, kita akan melaksanakan tes wawancara mulai tahun 2022 penerimaan mahasiswa baru 2022," jelasnya.

Dr. Ir. Singgih Saptono, M.T menambahkan, semangat bela negara tersebut akan dibutuhkan saat mahasiswa lulus dan terjun ke dunia kerja. Semangat itu akan menjadi bekal mereka untuk memiliki kemandirian dalam menciptakan lapangan kerja.

Semangat bela negara dan kepahlawan tersebut akan membuat generasi muda mampu membangun masyarakat yang damai dan harmonis. Mereka juga mampu mengakomodasi perbedaan.

"Perbedaan sebagai kekuatan’ dan sebagai perspektif," ujarnya.