Hari ke-2 Pekan Bela Negara : Kemenperin dan BPPT Dorong Hilirisasi Industri

  • Selasa 19 Mei 2020 , 12:00
  • Oleh : Ritta Humas
  • 2042
  • 2 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

SLEMAN - Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus mendorong hilirisasi industri karena aktivitas tersebut bertujuan meningkatkan nilai tambah dari bahan baku di dalam negeri. Hal tersebut disampaikan Dirjen Industri Kimia dan Farmasi, Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayan pada Webinar Pekan Bela Negara yang diselenggarakan oleh UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVY), Selasa (19/5). Ia menyebutkan , Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya alam yang dapat diolah sebagai bahan baku industri. Oleh karena itu, pemerintah optimistis terhadap hilirisasi industri yang dinilai dapat menjaga kekuatan perekonomian nasional.

Dipaparkan oleh Khayan pada tahun 2019 ertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,03, namun saat ini turun menjadi 2,97. Hal ini merupaka imbas dari dampak Covid-19.

“Semoga akhir tahun ini bisa kita tingkatkan, sehingga tidak negatif. Beberapa negara ada yang peryumbuhan ekonominya nol bahkan minus.” ujarnya.

Meskipun ditengah pandemi, pertumbuhan ekonomi di industri farmasi dan kimia masih tetap tinggi. Namun di industri ini kata Khayan masih bergantung pada bahan baku impor. Oleh karena itu perlu dipacu untuk meningkatkan nilai tambah bahan dasar farmasi maupun kimia dengan proses hilirisasi.

Ia juga menyampaikan hilirasi industri saat ini perlu ditopang dengan penggunaan teknologi baru, termasuk penerapan era industri 4.0 atau digitalisasi untuk menggenjot produktivitasnya secara lebih efisien. 

Hal senada juga disampaikan Hens Saputra, Direktur Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia, BPPT. Menurutnya inovasi teknologi dapat meningkatkan nilai tambah suatu produk. Dengan inovasi teknologi dapat meningkatkan daya saing bangsa dan pada akhirnya mewujudkan kemandirian.

Hens menyampaikan bahwa saat ini paradigma penciptaan nilai tambah sudah berubah. Jika dulu kita berfokus pada penjualan bahan mentah dan penggunaak sumber daya manusia yang banyak serta murah, kini berbeda. Penciptaan nilai tambah saat ini yaitu pengusaan teknologi dan inovasi.

“Pengolahan dan penciptaan nilai tambah sumber daya alam menjaga keelstarian lingkungan hidup. Teknologi inovasi sebagai andalan penciptaan nilai tambah.” kata Hens dalam paparannya.

Selain itu faktor keunggulan bersaing yaitu melalui inlektual capital, social capital, dan relational capital.

“Kita harus mengolah dan menciptakan nilai tambah. Namun untuk mengolah kita mebutuhkan teknologi. Diharapkan kita bisa menuju kemandirian teknoogi. Kita harus bersinergi seluruh eleman bangsa.” Kata alumni Teknik Kimia UPNVY tersebut. (wwj/humas)