Muhammad Shafiq, Aktivis BEM Segudang Prestasi
SLEMAN - Dinamika kehidupan mahasiswa tidak bisa dilepaskan dari wadah atau organisasi mewujudkan gagasan atau program. Organisasi intra maupun ekstra perguruan tinggi merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa. Namun sebagian besar orang beranggapan menjadi mahasiswa yang aktif di kegiatan organisasi kampus atau aktivis ibarat minyak dan air dengan prestasinya di bidang akademik. Mahasiswa aktivis biasanya memiliki IPK rendah dan mmebutuhkan waktu yang lama untuk lulus karena disibukkan oleh kegiatan organisasi.
Namun anggapan ini tidak berlaku untuk Muhammad Syafiq Isnaya, mahasiswa Teknik Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) yang kini menyandang gelar Sarjana Teknik (S.T) pada Wisuda Program Diploma, Sarjana, dan Magister Periode Ke-3 Tahun Akademik 2017/2018 di Auditorium WR. Supratman, Kampus UPNVY Condong Catur, Sabtu (21/04/2018).
Aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa UPNVY itu meraih predicat cumlaude dengan IPK 3,555 dengan masa studi 4 tahun 7 bulan. Laki-laki kelahiran Banjarnegara, 22 Februari 1995 juga meraih peringkat pertama peraih penghargaan Karya Cendekia bersama 13 wisudawan lainnya. Karya Cendekia diberikan kepada mahasiswa yang tidak hanya memiliki prestasi akademis dan lulus dalam waktu singkat, namun juga berprestasi di berbagai ajang kejuaran ilmuah dan non ilmiah, aktif di kegiatan organisasi maupun sosial. Dari penghargaan ini dirinya mendapatkan sebuah unit laptop dari UPNVY.
Anak dari pasangan Slamet Istiyana dan Supri Endang S ini tercatat meraih segudang pengalaman dan penghargaan yaitu sebagai pengurus BEM Universitas, pengurus BEM Fakultas Teknologi Mineral dan aktif mengikuti berbagai seminar serta kepanitiaan.
“Bergabung di BEM adalah pengalaman yang tidak terlupakan untuk saya. Saya bergabung di BEM di bidang Pengabdian Kepada Masyarakat. Disini saya belajar mengaplikasikan ilmu dan berguna untuk masyarakat,” katanya saat ditemui di sela acara wisuda.
Menjadi Koordinator kegiatan pengabdian kepada masyarakat, kata Syafiq tidak hanya berfikir tentang dirinya sendiri. Namun bagaimana memahami kondisi dan ikut berkontribusi kepada masyarakat.
“Contohnya saat kami mengelola desa mitigasi di Desa Pedakbaru dalam mengatasi banjir, dan desa Monggol terkait desa binaan,” ceritanya bersemangat.
Kesibukan di organisasi tak membuatnya terlena, tercatat berbagai penghargaan dari berbagai ajang kejuaraan telah ia raih.
Shafiq pernah menjadi Juara Umum Youth Mining Camp Competition Tingkat Nasional tahun 2016 dan tahun 2017, Juara Umum III Mining Competition pada Indonesia Students Mining Competition 2017 di ITB, dan Juara I Mine Surveying dan Hand Steeling Indonesia and Neighbouring Countries Students Mining Competition ke 10 di ITB.
“Yang paling berkesan saat lomba terakhir karena saya jadi coach. Saingannya ketat bahkan ada universitas dari Africa, kami meraih juara umum ke 3, beda 1 silver dari pesaing,” katanya.
Pada Penerimaan Mahasiswa Baru TA 2018/2019 ia berpesan agar calon mahasiswa bisa mengenali potensi dan mengembangkannya selama di bangku kuliah. Kata Syafiq, mahasiswa harus bisa memanfaatkan waktu dengan baik melalui aktifitas yang positif. (wwj/humas)