Talk Show Pancasila dan Bela Negara Menjadi Manusia yang Merdeka
SLEMAN, KRJOGJA.com - Pusat Studi Pancasila Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Yogyakarta menggelar talk show Pancasila dan Bela Negara dengan tajuk 'Meneguhkan Jati Diri Bangsa dalam Melawan Radikalisme dan Intoleransi' di Ruang Seminar Fakutas Teknik Mineral, Sabtu (21/12/2019).
Kegiatan ini dihadiri berbagai elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa sampai masyarakat sipil. Selain itu juga dihadiri Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, Romo Benny Susetyo Pr, Guru Besar Universitas Gajah Mada Prof Drs Koentjoro MBSc PhD dan Rektor UPN “Veteran” Dr Muhamad Irhas Effendi MS.
“Munculnya politik identitas pasca situasi politik nasional yang kurang baik memaksa kita untuk selalu mencari perbedaan orang lain. Padahal yang perlu ditanamkan bahwa bangsa ini bukan milik mayoritas dan minoritas, bukan hanya milik sektoral agama tertentu. Tapi bangsa ini milik bersama,” terang Romo Benny.
Selain itu, Romo Benny juga mengatakan persoalan rumah ibadah selalu sulit dalam perkara apapun. Selalu ada timbul mayoritas dan minoritas. Padahal rumah Pancasila selalu mengajarkan kesatuan dan persatuan dalam menjaga perbedaan keyakinan.
“Artinya kalau pancasila sudah jadi habitus bangsa maka tidak ada pelarangan seperti soal ibadah dan keyakinan. Nah, kita harus mampu menciptakan tata keadaan publik menjadi acuan dalam merawat Bhinneka Tunggal Ika,” lanjutnya.
Romo Benny juga menyinggung generasi milenial yang merupakan generasi harapan bangsa dan harapan persatuan. Di era digital ini, sentimen suku, agama dan ras menjadi soal yang sangat kompleks. Apalagi memasuki situasi media yang perkembangannya begitu dahsyat, dimana sentimen sangat mudah muncul dan disebarluaskan. Kalau tidak siap mengahadapi wujud era baru ini, maka sebagai bangsa akan hilang kedaulatannya.
Menjaga persatuan dan kemanusiaan di era digital bukan hanya cari sensasi, kita harus siap mengahadapi dengan kayakinan berbangsa dan bernegara yang baik. Generasi milenial harus bisa mengatasi network jaringan, yaitu mengikat persaudaraan, selain generasi milenial harus kreatif dan visioner melihat keadaan untuk sebuah perubahan yang lebih baik.
Tidak Romo Benny menyoroti kekerasan rumah ibadah yang sering terjadi di negara ini. Ia menyebutkan dulu hari kekerasan rumah ibadah bisa terjadi karena mulai kehilangan jadi diri bangsa. Manusia disekat agama dan perbedaan. Padahal agama merupakan keyakianan masing-masing yang masuk bagian dari perbedaan yang harus dihormati. Romo Benny menegaskan kekerasan adalah wajah bopeng yang merusak wajah peradaban, akibatnya masyarakat tidak percaya lagi akan jaminan keamanan dan kenyaman negara.
”Pancasila harus menjadi habitus, menjadi nilai dalam hidup kita sehari-hari. Mari menjadi manusia yang merdeka supaya bisa menunjukan jati diri bangsa Indonesia” tegas Romo Benny. (Feb)