Wartawan Kompas Berbagi Kisah Liputan di Ukraina pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta

  • Jumat 23 September 2022 , 02:28
  • Oleh : Dewi
  • 1436
  • 2 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

Sleman – Wartawan Kompas Harry Susilo membagikan pengalamannya meliput perang di Ukraina kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta, pada Kamis (15/9/2022) lalu. Acara diselenggarakan di Ruang Seminar FISIP, Gedung Agus Salim dan dimoderatori oleh Senja Yustitia selaku dosen Ilmu Komunikasi.

“Kajian jurnalistik intens di lakukan oleh jurusan Ilmu Komunikasi. Kegiatan semacam ini kami coba intensifkan kembali pasca-kuliah kembali luring,” jelas Agung Prabowo selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi.

“Sebelum era ini, informasi kita sangat terbatas dan terkontrol. Tapi sekarang kita semua saling berlomba untuk menyajikan berita. Pada era banjir informasi, media harus memiliki upaya lebih untuk membuat liputan dengan lebih menarik,” ujar wakil redaktur pelaksana Kompas, Tomy Trinugroho.

Tommy turut menjelaskan jika bidang jurnalistik tidak lah murah. Untuk membuat karya yang baik, wartawan tidak sekadar mengetikan seluruh opini. Namun, dibutuhkan banyak modal. Wartawan juga harus rajin terjun langsung ke lapangan sehingga bisa memperoleh pengalaman yang luar biasa.

Wartawan Kompas sendiri terjun ke kota-kota yang dilanda perang di Ukraina pada 5 Juni-15 Juli 2022. Mereka mencoba menyelami tragedi kemanusiaan yang terjadi dan fokus meliput dampak yang dirasakan oleh para korban.

“Perang Ukraina secara global berdampak ke Indonesia khususnya ekonomi. Misalnya, gandum. Indonesia masih impor dari sana,” jelas Harry.

Dalam seminar ini wartawan Kompas menceritakan bagaimana liputan dipersiapkan, dirancang, dijalankan, dan dimitigasi risikonya. Para peserta juga diberikan akses kompas.id premium secara gratis selama tiga bulan.

“Tahapan persiapan liputan banyak. Asuransi menjadi elemen penting untuk meliput hal-hal yang berisiko semacam ini. Kami jadi ada jaminan agar lebih tenang. Kita juga harus harus memahami aspek psikologis dalam wawancara. Yang paling penting, jangan sampai kita yang jadi target,” tutur Harry.

Harry turut mengungkapkan jika ada beberapa benda yang dilarang untuk digunakan. Misalnya, telepon genggam yang bisa mengirimkan sinyal atau rokok yang mampu terdeteksi sensor panas. Keduanya bisa membuat musuh mengetahui lokasi kita lalu mengirimkan rudal dengan akurasi yang tepat. “Tidak ada berita seharga nyawa,” pungkasnya.