Bela Negara, Mencintai Indonesia
SLEMAN - Sejarah nama Indonesia ditemukan oleh James Richardson Logan dan George Samuel Windson Earl. Saat itu Earl mengusulkan nama Indonesia dalam tulisannya berjudul "Journal of The Indian Archipelago and Eastern Asia" volume IV tahun 1850. Demikian disampaikan Prof. Dr. Ir. C. Danisworo,MSc saat memberikan paparan di acara Seminar Bersama Pertahanan dan Bela Negara di Ruang Seminar, Fakultas Teknologi Mineral, Kampus UPN Condong Catur, Selasa (27/02/2018).
Danis menjelasakan sebelum bernama Indonesia, Earl memilih nama Malayunesia karena sangat tepat untuk ras melayu. Namun, Logan memilih untuk memakai nama Indunesia karena nama itu lebih sinonim untuk Indian Island atau Indian Archipelago. huruf 'U' diganti huruf 'O' sehingga menjadi Indonesia.
“Kemudian nama Indonesia dipakai oleh bumi putra dan oleh Ir. Soekarno diproklamirkan pada 17 Agustus 1945,” kata Danis kepada para peserta seminar.
Menurut Danis, mengetahui asal usal mula nama Indonesia dapat membangkitkan rasa cinta tanah air. Kemudian rasa itu berkembang untuk melestarikan dan menjaga kekayaan Indonesia yang pada akhirnya bermuara pada karakter bela Negara.
Di tempat yang sama, Prof. Ir. Irfan Dwidya Prijambada, M.Eng., Ph.D, Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM memaparkan presentasi “Mempertahankan dan Membela Bangsa Melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN)”.
Irfan mengatakan pada awal pendiriannya tahun 1951 – 1962, UGM mengirimkan mahasiswa sukarelawan melalui Pengerahan Tenaga Mahasiswa untuk mengajar dan mendirikan sekolah menengah atas di luar pulau Jawa.
Ahli Bioteknologi Tanah dan Lingkungan tersebut menjelaskan bela negara tidak hanya dilakukan dengan kekuatan senjata. Sesuai dengan jamannya bentuk aktualisasi kecintaan kepada tanah air atau patriotisme dan nasionalisme tentu jauh berbeda dengan era perjuangan para pendahulu bangsa.
Bela Negara yang dilakukan UGM saat ini yaitu melalui berbagai tugas yang diemban oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat. Antaralain yaitu menjembatani universitas dengan masayarakat, menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan masyarakat, serta membentuk kepekaan mahasiswa terhadap masalah yang dihadapi masyarakat sekitarnya.
“Sejak tahun 2014 KKN UGM tersebar di 34 provinsi. Kami mengirimkan para mahasiswa ke Kalimantan, Sumatera, dan daerah 3T,” jelas Irfan.
Kegiatan KKN yang telah dilakukan memberikan dampak positif bagi masyarakat, misalanya keberhasilan dalam mengatasi kekeringan di Gunung Kidul melalui pemipaan air bawah tanah, pendampingam msyarakat Lewara, Marawola barat, Sigi, Sulawesi Tengah pembangunan Listrik tenaga Mikrohidro di Lewara, dll. (wwj/humas)