Diskusi Potensi Karst, Dari Peternakan Hingga Sumber Air
SLEMAN - Selain kaya akan kandungan mineral, Indonesia rupanya juga kaya akan kawasan karst. Total sebesar 15,4 juta hektar karst tersebar hampir di seluruh Indonesia. Di Yogyakarta sendiri, daerah karst dapat dijumpai di Gunungsewu, Kabupaten Gunungkidul. Masyarakat masih berasumsi bahwa kawasan karst merupakan daerah yang kering dan sulit air. Ternyata kawasan karst justru menyimpan kekayaan yang luar biasa.
Diskusi mengenai karst ini baru saja digelar Selasa (27/02/2018) di Ruang Rapat lt.2 Gedung Teknik Peerminyakan, dengan judul “Pengelolaan Kawasan Karst Untuk Pembangunan Yang Berkelanjutan”. Acara kerjasama dari Pusat Studi Karst LLPM UPN dan Magister Manajemen Bencana ini diisi oleh Prof. Sari Bahagiarti K. M.Sc. (Rektor UPN dan Pusat Studi Karst UPN), Dr. Eko Teguh Paripurno (Pusat Studi Penanggulangan Bencana UPN), Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo M.S (IPB), dan dipandu oleh Arif Riyanto BN. S.T., M.Si. (Geomatika UPN).
Dilansir dari Wikipedia, Karst merupakan sebuah bentuk permukaan bumi yang umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup, drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, dan kebanyakan batu gamping. Dituturkan Prof Sari, melihat karst harus secara utuh sebagai satu sistem karst. “Klasifikasi mungkin terjadi dan bisa terdiri dari beberapa komponen, tapi harus dilihat secara utuh,” ujarnya. Sistem hidrogeologi karst pun unik karena walau permukaan terlihat kering di musim kemarau, sebenarnya mampu menyimpan air dalam jumlah besar.
Karst memiliki nilai strategis keilmuan, ekonomi, hingga kemanusiaan. Kawasan ini dapat bernilai ekonomi tinggi dan potensi ditambang untuk bahan dasar bangunan, hingga kosmetik. “Terdapat juga potensi peternakan seperti di Gunungkidul, yang merupakan pemasok hewan ternak terbesar di Indonesia,” ujarnya.
Nilai ekonomis lain juga terlihat lantaran karst merupakan sumber air bersih. Selain bisa dimanfaatkan untuk berenang atau kawasan wisata, UPN sendiri pernah melakukan kerjasama pengeboran Gunung Kendil, dan menghasilkan merk air minum kemasan “Ardo” singkatan dari Air Doa. (Lucia Yuriko)