Diwisuda, Ruby “Si Doel” Asal Indramayu Bawa Satu Rombongan Bis

  • Sabtu 12 Januari 2019 , 12:00
  • Oleh : Ritta Humas
  • 1168
  • 3 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

SLEMAN - Pernahkah menonton serial Si Doel Anak Sekolahan? Serial televisi terkenal di era 90-an ini mengisahkan seorang anak sopir oplet yang berhasil diwisuda jadi Insinyur.

Kisah Ruby, pemuda asal Indramayu, Jawa Barat ini hampir sama dengan Si Doel. Ruby Stanu Wijaya merupakan anak sopir truk pasir dengan latar belakang ekonomi kurang mampu. Meskipun demikian, kekurangan tak menghalangi cita – citanya untuk meneruskan ke bangku kuliah.

“Orang tua sempat khawatir masalah biaya. Apalagi saya kuliah diluar kota.” Katanya, Sabtu (12/1/2019).

Beruntung, Ruby menjadi salah satu penerima bantuan program Bidikmisi dari pemerintah. Berbekal beasiswa tersebut, pemuda kelahiran Indramayu, 6 Desember 1995 ini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVY).

Menjadi mahasiswa di perantauan membuat Ruby harus bisa berhemat. Ia pun tak ingin membebani sang ayah untuk mengirimkan uang saku setiap bulan.

Untuk menambah uang saku, Ruby pernah membuat makanan yang ia titipkan ke warumg – warung dekat kampus.

“Saya masak sendiri, dapat resep dari kakak. Tapi usaha saya merugi karena beberapa pemilik warung tidak membayar saya.” Keluhnya.

Gagal di usaha kuliner tak membuatnya patah arang, ia kembali mencoba berjualan minuman ringan asal Thailand yang sangat populer di kalangan anak muda. Kali ini usahanya berhasil dan menguntungkan, namun ia tinggalkan karena kesibukannya menyusun tugas akhir.

“Di akhir – akhir semester saya akhirnya jadi penjaga warnet. Prinsipnya saya harus bekerja supaya tidak merepotkan orang tua.” Cerita anak ketiga pasangan Sunardi dan Sokenah tersebut.

Dikisahkan Ruby, ia merupakan satu-satunya anak di keluarga yang berhasil menjadi mahasiswa. Kedua orang tuanya tidak lulus Sekolah Dasar, dan dua kakaknya hanya dapat menyelesaikan pendidikan sampai SMA.

“Keluarga besar juga tidak pernah ada yang pernah bisa kuliah. Jadi saya satu-satunya anak yang bisa kuliah.” Katanya.

Kebanggaan menjadi seorang mahasiswa tidak hanya dirasakan oleh keluarganya, juga oleh warga di kampung halaman di Desa Tugu, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu.

Kata Ruby, saat mendengar kabar kelulusannya para tentangga bersuka cita dan berkeinginan hadir pada prosesi wisuda.

Diakui Ruby, di kampungnya sangat jarang seorang anak bisa menjadi sarjana apalagi dari keluarga tidak mampu. Setelah lulus sekolah biasanya anak muda di kampungnya bekerja menjadi kuli, buruh, atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

“Sebenarnya di kampung saya ada sarjana tapi biasanya dari keluarga mampu. Tidak pernah ada kalau dari keluarga dengan ekonomi seperti saya, jadinya tetangga ikut senang.” Ujar Ruby.

Saat prosesi wisuda, Ruby diantar oleh sekitar 60 orang keluarga dan warga kampung. Mereka melakukan perjalanan sekitar tujuh jam ke Yogyakarta untuk ikut menyaksikan salah satu pemuda desanya menjadi sarjana.

“Saya senang dan sangat terharu apalagi warga kesini patungan untuk menyewa bis. Mereka sampai ada yang menabung supaya bisa melihat saya diwisuda.” Ujarnya haru.

Ruby berharap keberhasilannya menjadi sarjana dapat diikuti oleh remaja – remaja di kampungnya yang memiliki keterbatasan ekonomi. (wwj/humas)