UPN Veteran Yogyakarta Gelar Sholat Idul Fitri 1446 H, Momentum Merenungkan Kembali Makna Takwa

YOGYAKARTA – Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta menggelar Sholat Idul Fitri 1446 Hijriah secara berjamaah di lapangan depan Gedung Rektorat pada Senin (31/3/2025). Turut hadir dalam Sholat Idul Fitri tersebut para pimpinan universitas, yakni Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Umum, serta Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja Sama.
Bertindak sebagai Imam sekaligus Khatib dalam Sholat Idul Fitri 1446 H kali ini, yakni Prof. Dr. H. M. Nurcholis, M. Agr. Dalam khutbahnya, Prof. Nurcholis, mengajak para jamaah untuk bersama-sama mengingat dan merenungkan kembali makna takwa dalam kehidupan seorang muslim setelah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Ketakwaan seorang muslim dalam menahan diri dari makan dan minum, serta menahan diri dari segala bentuk perbuatan yang tidak baik perlu diimplementasikan pada setiap langkah kehidupan.
“Ketaatan terhadap rambu-rambu syariat puasa sudah semestinya kita implementasikan terhadap segala peraturan beserta rambu-rambunya untuk mencapai kehidupan yang aman dan harmoni serta memberikan maslahat,” ujar Prof. Nurcholis dalam khutbahnya.
Dalam kesempatan yang berbahagia menyambut hari yang fitri, Prof. Nurcholis juga mengingatkan seluruh jamaah untuk selalu mensyukuri nikmat yang telah Allah SWT berikan, terutama ilmu pengetahuan yang menjadi bagian penting dalam kehidupan kita dalam meraih kebahagiaan hidup di dunia, dan juga di akhirat kelak. Prof. Nurcholis juga mengajak para jamaah untuk merenungkan kembali sejauh mana puasa Ramadan ini telah membentuk karakter, bukan hanya dalam hal ibadah ritual.
“Idul Fitri bukan sekadar perayaan fisik, tetapi juga sebuah momentum untuk merefleksikan kembali perjalanan hidup kita, termasuk pencapaian-pencapaian intelektual dan kebersihan hati yang kita raih,” imbuhnya.
Luasnya Makna Iqra
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nurcholis juga mengajak para jamaah untuk mempelajari kembali makna “Iqra” sebagai firman Allah SWT yang pertama kali turun, dalam Surah Al-Alaq. Makna "Iqra'" atau membaca ini sangat luas, mencakup lebih dari sekadar membaca teks atau tulisan.
Dalam konteks ini, lanjut Prof. Nurcholis, membaca berarti melakukan eksplorasi dan memahami ciptaan Allah SWT di segala aspek kehidupan. Ini bukan hanya sekadar membaca kitab atau wahyu, tetapi juga merujuk pada upaya mendalami dan merenungkan alam semesta, kehidupan manusia, serta hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
“Sehingga makna membaca ini adalah melakukan eksplorasi atas keberadaan sang Pencipta (Kholiq) dengan konsep ketuhanan yang utuh, manusia sebagai makhluk, pribadi maupun sosial, kebangsaan dan kenegaraan, serta bumi dan semua yang ada di dalam alam semesta,” ujar Prof. Nurcholis.
Prof. Nurcholis mengatakan bahwa konsep ketuhanan yang utuh berarti bahwa dalam ajaran Islam, setiap aspek kehidupan berhubungan dengan Allah SWT. Manusia diajak untuk memaknai keberadaan Allah SWT dalam segala hal yang ada di dunia ini, baik dalam ciptaan alam semesta maupun dalam interaksi sosial antar individu.
Sementara itu, sebagai manusia sebagai makhluk, pribadi maupun sosial mencakup pemahaman tentang diri manusia sebagai makhluk yang memiliki tugas dan tanggung jawab, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.
Prof. Nurcholis mengatakan, konsep ini menekankan pentingnya hubungan sosial, etika, dan moralitas dalam kehidupan manusia. Kebangsaan dan kenegaraan juga merupakan bagian dari ajaran Islam, di mana umat diajarkan untuk memperhatikan keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
“Islam mengajarkan prinsip-prinsip adil dan amanah dalam pemerintahan dan kehidupan sosial,” pungkas Prof. Nurcholis.
Penulis: Ulfa
Editor: Dewi