Gunakan Strategi Digital Storytelling, UPN Veteran Yogyakarta Dampingi Pemasaran Batik Nitik Blawong

  • Rabu 11 September 2024 , 01:54
  • Oleh : Dewi
  • 418
  • 4 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta
Tim PbM UPN Veteran Yogyakarta bersama Kelompok Perajin Batik Nitik Blawong 1 Bantul

YOGYAKARTA – Kelompok Perajin Batik Nitik Blawong 1 Bantul, Yogyakarta kini memiliki strategi baru dalam memasarkan produk mereka, setelah mendapatkan pendampingan pemasaran berbasis digital storytelling dari Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PbM) UPN Veteran Yogyakarta. Dengan pendekatan Komunikasi Pemasaran Terpadu Berbasis Digital Storytelling, para perajin diharapkan dapat lebih efektif dalam menarik perhatian konsumen.

Dr. Agung Prabowo, M.Si, Ketua Tim PbM UPN Veteran Yogyakarta menjelaskan, strategi pemasaran berbasis digital storytelling tersebut, memadukan nilai historis dan budaya yang melekat pada Batik Nitik. Pendekatan ini, kata Agung, memungkinkan Batik Nitik tidak hanya dipandang sebagai produk, tetapi juga sebagai bagian dari cerita budaya yang menghubungkan masa lalu dan masa kini.

"Pendekatan ini bertujuan untuk membuat Kelompok Perajin Batik Nitik Blawong lebih produktif secara ekonomi. Dengan memanfaatkan digital storytelling, mereka dapat menarik minat konsumen tidak hanya dari sisi produk tetapi juga dari sisi nilai budaya yang terkandung di dalamnya," jelas Agung Prabowo.

Tak sendiri, Tim PbM UPN Veteran Yogyakarta beranggotakan Dr. Ida Wiendijarti, M.Si, Oliver Samuel Simanjuntak, ST., M.T., dan Yenni Sri Utami, M.Si. Keempat dosen tersebut, memberikan pelatihan intensif kepada Kelompok Perajin Batik Nitik Blawong 1 tentang pemanfaatan storytelling digital guna memperkuat daya tarik pemasaran.

Keunikan Batik Nitik terletak pada pola titik-titik yang dihasilkan menggunakan canting khusus dengan ujung berbentuk persegi, sebuah teknik yang membutuhkan waktu pengerjaan yang cukup lama. Untuk motif yang sederhana, pengerjaan dapat memakan waktu hingga satu bulan, sementara untuk motif yang lebih kompleks, dibutuhkan waktu hingga dua bulan.

Puji Hariyati, Ketua Kelompok Perajin Batik Nitik Blawong 1, menjelaskan, Batik Nitik telah menjadi bagian dari sejarah panjang Yogyakarta, sejak masa penjajahan Belanda ketika kain tenun patola dari India dimonopoli oleh Belanda. Kondisi tersebut, mendorong para bangsawan lokal untuk menciptakan motif serupa menggunakan teknik batik.

Meskipun Batik Nitik memiliki nilai estetika dan sejarah yang tinggi, pemasaran produk ini menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam era digital. Penjualan Batik Nitik Blawong saat ini dilakukan secara offline melalui rumah produksi dan pameran, serta online melalui Instagram dan WhatsApp.

Namun, menurut Puji, pemasaran online masih menghadapi kendala, seperti kurangnya konsistensi dalam strategi pemasaran digital, terutama dalam hal live streaming di media sosial.

"Kami sudah mencoba untuk melakukan live di media sosial, tetapi belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia yang memadai untuk melakukan live juga menjadi kendala tersendiri," ungkapnya.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Tim PbM UPN Veteran Yogyakarta menawarkan solusi dengan mengintegrasikan digital storytelling dalam strategi pemasaran. Dengan pendekatan ini, Batik Nitik dipromosikan tidak hanya sebagai produk fisik, tetapi sebagai bagian dari sejarah dan budaya yang mampu membangun koneksi emosional dengan konsumen.

Strategi ini diyakini akan meningkatkan daya tarik produk di pasar lokal dan global. Selain itu, tim PbM juga memberikan rekomendasi terkait penggunaan katalog yang lebih baik dan peningkatan kualitas pemasaran melalui platform media sosial.

Sebagai langkah lanjutan, Kelompok Pengrajin Batik Nitik Blawong 1 Bantul akan mengadakan workshop membatik pada 22 September 2024 di Goa Permoni, yang akan diikuti oleh karang taruna dan perajin Batik Nitik. Workshop ini bertujuan untuk memperkuat keterampilan membatik sekaligus memperdalam pemahaman tentang pemasaran digital.

"Workshop ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan warisan budaya batik, tetapi juga untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pemasaran digital dapat mendukung usaha mereka," jelas Oliver Samuel Simanjuntak.

Kegiatan pendampingan ini diharapkan menjadi titik awal bagi Kelompok Perajin Batik Nitik Blawong 1 Bantul untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menghadapi tantangan pemasaran di era digital. Puji Hariyati menyatakan harapannya bahwa Batik Nitik Blawong dapat semakin dikenal luas dan terus berkembang di masa depan.

Melalui inovasi pemasaran berbasis digital storytelling dan peningkatan kualitas produk, para perajin Batik Nitik diharapkan dapat meraih kesuksesan yang lebih besar, tidak hanya sebagai pelestari budaya tetapi juga sebagai pelaku ekonomi kreatif yang kompetitif.

Penulis: Sika Nur Indah