ISE 2017 Diharapkan Jadi Ajang Optimalisasi Pemanfaatan Iptek

  • Senin 23 Oktober 2017 , 12:00
  • Oleh : Dewi
  • 1484
  • 4 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta
Jakarta, Humas LIPI. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) bersama dengan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) didampingi oleh Pelaksana Tugas Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI secara resmi membuka perhelatan akbar Indonesia Science Expo (ISE) 2017, Senin (23/10), di Balai Kartini Jakarta. Pameran sains ini diharapkan menjadi ajang optimalisasi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di Indonesia. Menko PMK, Puan Maharani dalam sambutan pembukaan mengatakan, saat ini pembangunan infrastruktur akan lebih baik apabila didukung riset inovatif. “Bisa dibayangkan riset yang inovatif dan kreatif bisa dilakukan apabila ada wadah yang tepat untuk menyetimulasinya sehingga Iptek kita bisa maju,” katanya. Menurutnya, ajang ISE bisa menjadi wadah untuk pemanfaatan Iptek ini. ISE mampu menghadirkan berbagai kalangan mulai dari industri, ilmuwan, swasta, pemerintah hingga pemangku kepentingan lainnya untuk bertemu dan bersinergi dalam pembangunan nasional. Di sisi lain, Puan menyoroti bahwa pemanfaatan Iptek saat ini masih belum optimal mendukung sektor ekonomi seperti pertambangan, pertanian, perkebunan, dan sektor lainnya. Padahal, apabila Iptek berhasil menopang sektor ekonomi dengan riset yang kreatif dan inovatif, maka bisa berkontribusi lebih pada perekonomian nasional. Mengapa pemanfaatan Iptek belum optimal? Puan melihat karena masalahnya terletak dari alokasi anggaran yang masih minim. “Saat ini, kami sedang mengupayakan agar riset terkoordinasi sehingga arah penelitian bisa berkontribusi optimal untuk bangsa,” terangnya. Kendati pemanfaatan Iptek dan riset belum optimal, dia pun melihat capaian Iptek negeri ini juga patut diapresiasi. Lihat saja, dirinya mengapresiasi LIPI sebagai lembaga riset yang menghasilkan paten tertinggi di Indonesia yakni 513. “Dengan jumlah paten yang tinggi kita harus mulai memikirkan apakah paten tersebut hanya dimiliki kita atau boleh dijual dan dimanfaatkan pihak lain,” ujarnya. Puan berharap LIPI bisa menguatkan karakter Iptek pada pembangunan nasional. “Salah satu kunci keberhasilan Iptek adalah adanya sinergitas antara kementerian, lembaga, dan perguruan tinggi dengan pihak industri dan swasta selaku pengguna hasil riset. Hal ini penting agar proses hilirisasi hasil riset dapat optimal,” ungkapnya. Daya Saing Menristekdikti, Mohamad Nasir mengungkapkan, riset dan Iptek saat ini menjadi salah satu penentu daya saing bangsa. “Peningkatan daya saing bangsa di era modern saat ini mutlak didukung oleh kapasitas dan kompetensi riset yang memadai, sehingga mampu menghasilkan inovasi yang kompetitif secara global,” ujarnya. Untuk itu, Nasir mengharapkan kesadaran dan kepedulian akan pentingnya Iptek dalam meningkatkan daya saing dan kesejahteraan perlu terus didorong dan ditumbuhkembangkan di semua kalangan dan rentang usia. “Hari ini, kita dapat melihat berbagai karya para peneliti, perekayasa, dosen, innovator dan bahkan peneliti cilik calon ilmuwan Indonesia masa depan di ajang ISE. Ini tentunya memberikan energi positif dan angin segar bagi kita semua dan memberikan harapan bahwa Indonesia dapat bersaing dengan negara lain,” paparnya. Dikatakannya, pihak Kemristekdikti sekarang terus berupaya meningkatkan kapasitas dan kompetensi Iptek di Indonesia. “Hal ini telah dituangkan dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045. RIRN menjadi titik awal membentuk Indonesia yang mandiri melalui penguasaan dan keunggulan Iptek secara global,” sambungnya. Kemudian terkait dengan ISE 2017, Nasir mengapresiasi kegiatan ini sebagai salah satu upaya mendorong perkembangan Iptek nasional. ISE diharapkan semakin menggaungkan jendela ilmu pengetahuan di Indonesia dan bahkan tingkat internasional. Riset Inovatif Laksana Tri Handoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI menuturkan, ajang ISE menampilkan ratusan riset inovatif karya anak negeri. Tujuan diselenggarakannya ISE adalah untuk mengomunikasikan atau memasyarakatkan apa yang telah dilakukan peneliti Indonesia dalam bidang riset dan manfaatnya bagi masyarakat luas. “Kami ingin pula agar hasil riset benar-benar terasa manfaatnya bagi masyarakat, baik jangka pendek hingga jangka panjang,” tuturnya. Handoko menekankan, riset dan Iptek telah menjadi landasan dalam undang-undang di Indonesia. “Sebagai lembaga riset, LIPI selalu bersinergi untuk terus membuat riset yang inovatif. Selain itu, kami menyiapkan wadah untuk remaja dan peneliti Indonesia untuk melakukan riset yang bermanfaat,” ungkapnya. Sebagai informasi, ISE 2017 sendiri diikuti oleh 176 peserta pameran sains dari kementrian, lembaga, universitas, dan swasta. Selain pameran sains, ada pula kegiatan lainnya dalam ISE kali ini, seperti pemberian penghargaan Science Based Industrial Innovation Awards (SBIIA), LIPI Young Science Award (LYSA), pemenang National Young Inventor Awards (NYIA) dan pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR). Untuk menyukseskan ISE agar lebih diterima masyarakat, LIPI menggandeng promotor iD.M. (lyr,pwd) Sumber : Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas LIPI