Kembalikan Citra Malioboro "Tempo Doeloe"

  • Selasa 07 November 2017 , 12:00
  • Oleh : Dewi
  • 1266
  • 3 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

YOGYA, KRJOGJA.com - Pedagang kakilima (PKL) harus diakui keberadaannya, menjadi salah satu penunjang perkembangan sektor pariwisata di DIY. Di mana ada pariwisata tumbuh, bisa dipastikan bakal diikuti keberadaan PKL. Dengan kata lain, PKL merupakan salah satu penunjang pariwisata karena mampu melayani kebutuhan wisatawan dalam berbelanja mencari oleh-oleh maupun makanan dan minuman. PKL harus diapresiasi karena faktanya mampu menggerakkan ekonomi DIY meskipun seberapa besar kontribusinya masih belum diketahui.

Ketua Pusat Studi Ekonomi Keuangan dan Industri Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UPN Veteran Yogyakarta Ardito Bhinadi mengatakan, keberadaan PKL yang bagus, bersih, rapi, nyaman, dan aman dapat menjadi objek wisata pelengkap objek wisata utama. Karenanya, penataan PKL harus menjadi bagian dari konsep rantai wisata (tourist chain). Bekerja sama dengan biro wisata, wisatawan dapat diajak berkunjung pula ke tempat keberadaan PKL tersebut, salah satunya yang menjadi kawasan ikonis PKL di Yogyakarta adalah Malioboro.

"Pemda DIY tengah menggulirkan rencana pembangunan Sentra PKL di kawasan Malioboro menempati eks Bioskop Indra. Tempat penampungan PKL seperti itu sebagai bagian dari rantai wisata di DIY akan mempermudah pemindahan dan penataan PKL, disertai adanya jaminan wisatawan tetap akan berkunjung dan berbelanja ke tempat penampungan PKL yang baru tersebut," papar Ardito kepada KRJOGJA.com di Yogya, Minggu (5/11/2017).

Ardito menjelaskan, sektor informal termasuk PKL diakui memiliki kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di DIY meskipun besarannya belum diketahui secara pasti. Bahkan, PKL mampu menjadi penyangga krisis ekonomi karena relatif tahan terhadap krisis ekonomi. Untuk itu, kontribusi PKL harus dihitung dan dimasukkan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) DIY, sehingga dapat diketahui persis berapa kontribusi PKL bagi pertumbuhan ekonomi DIY. Namun keberadaan PKL saat ini memang sudah membuat ruang bagi pejalan kaki menjadi sesak, kurang nyaman di kawasan Malioboro.

"PKL tetap harus diberikan tempat di sekitar Malioboro, sehingga bisa menjadi destinasi wisata baru penyangga wisata kawasan Malioboro. Penataan PKL ini tidak akan menghilangkan ciri khas Malioboro, namun justru mengembalikan citra Malioboro 'tempo doeloe' yang nyaman bagi pejalan kaki sambil menikmati keindahan Kota Yogyakarta di sepanjang Jalan Malioboro," tuturnya.

Menurutnya, rencana Pemda DIY untuk menampung PKL di satu area dan tetap di satu area kawasan Malioboro merupakan konsep yang bagus. Sentra PKL ini nantinya bisa menjadi destinasi wisata baru melengkapi Malioboro. Tentunya penataan PKL sebaiknya diikuti pelatihan dan pendampingan kemampuan berbahasa asing, layanan prima, mengenal ragam budaya dalam dan luar negeri. Pelatihan ini untuk meningkatkan layanan PKL kepada pembeli yang beragam asalnya.  "Kepuasan wisatawan yang berbelanja di Sentra PKL akan menjadi promosi efektif mendatangkan wisatawan-wisatawan baru maupun lama," imbuh Ardito.