MAHASISWA-MAHASISWA UPNVY , SABET JUARA 1, 2 DAN 3 PADA AJANG LOMBA LOG 2020
Sleman- Sebanyak lima mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Teknik Geofisika Fakultas Teknologi dan Mineral (FTM) UPN “Veteran” Yogyakarta dan empat mahasiswa dari Prodi Teknik Geologi berhasil meraih juara 1, 2, dan 3 pada ajang lomba LOG (Land of Geoscience) yang diselenggarakan oleh HMTGF (Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika) dan SEG (Society of Exploration Geophysicists) UPNVY. LOG 2020 yang mengangkat tema “Geoscience for Sustainable Futures” dilaksanakan dari tanggal 21 Juli-22 November 2020 secara daring via Zoom. LOG 2020 merupakan serangkaian acara lomba tingkat nasional yang terdiri atas kategori photo competition, essay competition, geoscience smart competition, expolration design, serta paper competition.
FTM UPN “Veteran” Yogyakarta turut ambil andil dalam ajang LOG 2020 dengan mengirimkan tiga tim yang terdiri atas tim Deconvolution, tim Enigma, dan tim Bubadibako. Tim Bubadibako yang mengikuti kategori Design Exploration beranggotakan Gilang Abdurrozaq Hidayat, Gilvandro Rumahorbo, dan Nazwa Khoiratun Hisan berhasil meraih predikat Juara I. Bersamaan dengan tim Bubadibako, tim Deconvolution mengikuti kategori Geosmart Competition yang beranggotakan Dewy Widya Ningsih, Hirundini Rustica A., dan Muhammaf Al-Hakim berhasil meraih predikat Juara II. Tidak berbeda dengan kedua tim lainnya, tim Enigma mengikuti kategori paper competition yang beranggotakan Aji Darma Maulana, Taufik Seizarsyah, dan Danang A.P berhasil meraih predikat Juara III.
Gilang Abdurrozaq Hidayat sebagai ketua tim Bubadibako menerangkan seluk beluk perlombaan design exploration yang mereka ikuti. Output (hasil) yang dihasilkan oleh tim Bubadibako yaitu berupa proposal dan presentasi mengenai eksplorasi mineral radio aktif di suatu daerah kegiatan eksplorasi. Sementara metode eksplorasi yang dipakai oleh tim Bubadibako yaitu pemetaan geologi sebagai eksplorasi pendahuluan dan metode geofisika sebagai eksplorasi lanjutan (metode geomagnetik, metode induced polarization, dan metode radiometric). Suatu eksplorasi tidak lepas dari konsepnya yang berbasis genetik. Dimana, peneliti harus mengidentifikasi bagaimana kondisi geologi di tempat penelitian, sehingga dibutuhkan pemetaan geologi sebagai eksplorasi pendahuluan. Setelah dilakukan pemetaan geologi, akan terlihat daerah mana yang kira-kira prospek untuk dilakukan kegiatan eksplorasi lanjutan. Pemilihan tiga metode sebagai eksplorasi lanjutan bukan tanpa alasan. Metode geomagnetik dipilih untuk mengidentifikasi suatu mineral dari sifat kemagnetannya. Metode radriometric dipilih karena endapan mineral yang memiliki unsur-unsur radio aktif akan lebih responsif atau lebih sensitif ketika diukur dengan metode radiometric. Sementara metode induced polarization dipilih untuk mengetahui yang mana mineral logam dan mana yang bukan. Selain itu, melalui metode ini sifat dan karakteristik dari mineral yang dicari, dapat diketahui.
Dewy Widya Ningsih sebagai ketua tim Deconvolution menerangkan seluk beluk perlombaan geosmart competition yang ia ikuti. Lomba geosmart competition yang diselenggarakan oleh LOG 2020 terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama yaitu seleksi awal, tahap kedua yaitu penyisihan, dan tahap ketiga yaitu final. Pada tahap penyisihan, didapati 6 tim yang berlaga di ajang LOG 2020, yaitu tiga tim dari ITB dan dua tim dari UI. Pada tiga babak pertama, tim diberikan soal oleh panitia dan tim Deconvolution unggul atas tiga tim lainnya dengan memperoleh poin 230 serta lanjut ke babak final. Pada tahap final, panitia memberikan soal berupa studi kasus atas penemuan endapan emas di Jawa. Tim Deconvolution berlaga dengan mempresentasikan penemuan endapan emas dengan metode geofisika, yaitu Induced Polarization Geolistrik. Kemudian dari metode tersebut, akan menghasilkan suatu penampang 2D yang menunjukkan penyebaran nilai resistivitas dan chargeabilitas untuk menetukan adanya potensi emas pada daerah penelitian. Dari ketiga tahap inilah, tim Deconvolution unggul dan mendapat skor 496, serta berhasil menyabet predikat Juara II.
Aji Darma Maulana sebagai ketua tim Enigma menerangkan judul paper yang mereka lombakan,”Analisis Derivatif Penentuan Konstanta Koreksi Bouguer Baru Gravitasi Satelit TOPEX dan Dekomposisi Spektral dalam Implikasi Sesar Palu Koro” dilatarbelakangi atas wilayah Indonesia yang terletak di sekitar lempeng paling aktif di dunia sehingga membuat wilayah Indonesia memiliki urgensi bencana alam yang tinggi. Salah satu tragedinya yaitu di daerah Palu Koro, Pulau Sulawesi, pernah terjadi gempa bumi dengan magnitudo 7,4 pada tahun 2018. Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti berusaha mencari solusi berupa melokasisasi atau mendelineasi area serta dimensi yang rentan bencana alam secara geologi dengan membuat konstanta bougeur baru untuk data pengukuran gravitasi melalui satelit”.
Aji Darma Maulana berpesan,”Saya rasa lomba seperti ini sangat baik ya dalam situasi seperti ini, dikarenakan dapat meningkatkan produktifitas juga. semoga semakin banyak ajang serupa (contohnya : LOG) sehingga bisa menjadi wadah bagi para akademisi disaat pandemi ini dalam menyalurkan kemampuan kognitif dan kreatifitasnya kepada hal yang positif.”
Gilang Abdurrozaq Hidayat sebagai ketua tim Bubadibako pun berpesan, ”Situasi pandemi seperti saat ini, merupakan salah satu penghalang sebagian orang untuk tetap produktif, kreatif dan inovatif. Namun, semangat kita sebagai mahasiswa bela negara tidak boleh surut. Semoga kedepannya kita sebagai agen perubahan bangsa bisa tetap memberikan sumbangsihnya untuk negara kita, terkhusus Almamater Kita, UPN "Veteran" Yogyakarta”.
Sementara Dewy Widya Ningsih sebagai ketua tim Deconvolution pun bertutur,”Kesan saya dalam mengikuti lomba Geosmart Competition LOG 2020 sangat seru dan melatih tim kami dalam berfikir cepat dan tepat. Semoga nantinya LOG dapat diselenggarakan lagi di tahun-tahun berikutnya sebagai wadah mahasiswa untuk berprestasi. Selain itu, sebagai mahasiswa kita jangan pernah berhenti belajar, mencari pengalaman baru dan selalu berusaha keras untuk selalu berprestasi walaupun di tengah pandemi”. Humas / Vera Indratiami