MAHASISWA UPN VETERAN YOGYAKARTA RAIH JUARA 1 DALAM KOMPETISI PENULISAN PRESS RELEASE PRISMA UI 2022

  • Senin 11 Juli 2022 , 02:36
  • Oleh : Dewi
  • 1884
  • 3 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

Sleman – Syiva Pramuji Budi Astuti, mahasiswa asal Program Studi Hubungan Masyarakat Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta berhasil meraih juara 1 pada mata lomba press release dalam kompetisi Pemacu Kreativitas Mahasiswa (Prisma)  tahun 2022.  Guna menyelaraskan tema acara yaitu “Endemi Covid-19,” ia menulis press release berjudul “Upayakan Percepatan Endemi, Pemkot Yogya Terus Genjot Vaksinasi.” Prestasi membanggakan ini diumumkan pada puncak acara yang dilangsungkan secara daring, hari Jumat (17/06/22).

Melansir informasi dari laman resminya, Prisma merupakan kompetisi nasional bidang kehumasan yang diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat Universitas Indonesia. Mata lomba press release sendiri menantang pesertanya untuk ujuk bakat kemampuan menulis sehingga dapat dimuat media massa maupun media cetak. Adapun, aspek penting yang harus diperhatikan peserta mencakup ketentuan dalam gaya penulisan, format penyajian, teknik menentukan news values, membuat lead berita, gaya bahasa jurnalistik, serta struktur penulisan piramida terbalik.

Syiva mengaku, motivasi awalnya untuk berkompetisi muncul berkat ungkapan dari seorang tokoh dalam drama Korea yang ia tonton. Tokoh tersebut mengatakan bahwa seseorang harus berkompetisi untuk mengetahui apakah dirinya berkembang ke arah lebih baik, terlepas dari apapun itu hasilnya. Syiva menambahkan bahwa dirinya cukup lekat dengan dunia tulis menulis berkat pengalaman ketika mengikuti sejumlah organisasi serta magang di salah satu redaksi harian. Hal tersebut  dijadikannya motivasi dan ajang pembuktian diri ketika mengikuti kompetisi ini. “Hal yang memotivasi aku adalah pembuktian diri sendiri. Sebenarnya aku sudah mampu atau belum, kalau sudah maka sejauh mana aku belajar,” ungkapnya.

Di samping itu, sebagai mahasiswa humas Syiva sadar bahwa dirinya harus menguasai kemampuan menulis untuk dapat memahami cara kerja pers ketika menangkap suatu isu maupun peristiwa. “Kalau kita bisa nulis release yang baik, hal tersebut dapat menjadi nilai plus buat kita sendiri maupun perusahaan yang kita wakilkan,” paparnya.

Syiva menuturkan, tidak banyak hal yang dipersiapkan ketika ia hendak menulis. “Yang pertama yaitu memperbanyak riset, lalu yang kedua minta second opinion. Jadi sebelum submit karya aku sempat minta second opinion ke kakak ku untuk bertanya apakah tulisanku cukup layak dan mudah dipahami,” katanya.

Adapun, tantangan terberat yang mahasiswa angkatan 2019 ini rasakan berkenaan dengan persiapan mental. “Hal yang aku siapkan sebenarnya mental sama keyakinan ke diri sendiri, karena ini kan kompetisi tingkat nasional. Terlebih aku punya  stereotipe bahwa mahasiswa UI itu pinter-pinter, sehingga ada rasa minder.”

Bukan tanpa hambatan, Syiva mengaku bahwa press release yang ia tulis sempat  tidak berprogress selama beberapa hari. “Cara mengatasinya adalah menyadari bahwa otakku ngga bisa kerja karena terlalu banyak tekanan. Untuk itu, aku mencari suasana baru agar dapat mengatasi kejenuhan atau mungkin tekanan yang sebenernya ngga perlu,” tuturnya.

Lebih lanjut, syiva mengungkap bahwa dirinya tidak menerapkan strategi tertentu untuk memenangkan kompetisi, hal tersebut dikarenakan pada mulanya ia tidak memiliki ambisi. “Aku hanya melakukan yang terbaik yang ku bisa, serta berusaha memenuhi guide dan kriteria penilaian dari panitia,” pungkasnya. Setelah dinyatakan menjadi juara 1, ia merasa terkejut karena sebagaimana disebutkan sebelumnya, tidak ada perkiraan maupun ambisi sama sekali. “Aku  banyak-banyak bersyukur aja. Prestasi ini sedikit banyak memupuk kepercayaan diri bahwa ternyata aku bisa dan aku layak,” paparnya.

Ketika dimintai tips dan trik bagi mahasiswa lain yang berminat mengikuti kompetisi sejenis, Syiva menyampaikan pendapatnya. “Pertama ya itu tadi, lakuin sesuai guide. Kedua, banyak riset soal apa yang mau ditulis. Terakhir, nurunin ekspektasi dan ambisi itu juga perlu.  Kalau kita ngga ada ambisi apapun berarti kita kerjanya pakai hati, jadi Insya Allah karya kita akan lebih tulus ketika sampai ke orang-orang yang menikmatinya,“ tutupnya.